Showing posts with label Novel. Show all posts
Showing posts with label Novel. Show all posts

Thursday, December 10, 2009

Ayat-Ayat Cinta (II)

Surat Dari Nurul

Untuk Abang Fahri

Yang sedang berbahagia

Bersama isterinya

Assalamu’alaikum wr. wb.

Kutulis surat ini dengan lelehan air mataku yang tiada berhenti dari detik ke detik. Kutulis surat ini kala hati tiada lagi menahan nestapa yang mendera-dera peritnya luar biasa.

Abang Fahri,

Aku ini perempuan paling bodoh dan paling malang di dunia. Bahawa mengharapkan orang lain sungguh tindakan paling bodoh. Dan aku harus menelan kepahitan dan kegetiran tiada tara atas kebodohanku itu. Kini aku didera penyesalan tiada habisnya. Semestinya aku katakan sendiri perasaanku padamu.

Dan apakah yang kini boleh kulakukan kecuali menangisi kebodohanku sendiri.Aku berusaha membuang rasa cintaku padamu jauh-jauh. Tapi sudah terlambat. Semestinya sejak mula aku bersikap tegas, mencintaimu dan berterus terang lalu menikah atau tidak sama sekali. Aku mencintaimu diam-diam selama berbulan-bulan, memeramnya dalam diri hingga cinta itu mendarahdaging tanpa aku berani berterus terang. Dan ketika kau tahu apa yang kurasa semuanya telah terlambat.

Abang Fahri,

Kini perempuan bodoh ini sedang berada dalam jurang penderitaannya paling dalam. Dan jika ia tidak berterus terang maka ia akan menderita lebih berat lagi. Perempuan bodoh ini ternyata tiada boleh membuang rasa cinta itu. Membuangnya sama saja menarik seluruh jaringan sel dalam tubuhnya. Ia akan binasa. Saat ini, abang Fahri mungkin sedang dalam saat-saat paling bahagia, namun perempuan bodoh ini berada dalam saat-saat paling menderita..

Nurul Azkiya.


Saturday, December 05, 2009

Tunggu Teduh Dulu


"Kata Salsabila Fahim, ini cerita kecil, cerita sederhana, tentang dia lari berteduh di bangsal di puncak bukit bersama Kamil dan Lam Ping Hai ketika hujan mula gerimis.

Kata aku, ini perkara besar, hal berteduh sementara duga datang mencuba bukan hal main-main.

Kata Teh Sofia, ya,
Kerja Tuhan siapa tahu ?

Kata aku, Tuhan akan menunjukkan kepada yang mencari. Ya, asal kau mahu
mencari, Dia menunjukkan."

==============================================================

Ini nyanyi rindu ...kerja Tuhan siapa yang tahu....

"Orang tak boleh pandang kita lemah. Kita perempuan Islam yang ada kekuatan dan maruah."

"Saya Salsabila Fahim telah banyak menderita. Tetapi jangan salah faham kerana saya tidak pernah menyalahkan. Tuhan telah memberi jalur dan warna tertentu untuk kita...Namun, biar saya mengingatkan, cerita ini bukan cerita cinta tiga segi. Ia cerita tentang pengorbanan manusia kepada Tuhan, cerita tentang takdir yang sangat manis setelah dikecap..."

Apa kata kau ?


Wednesday, December 02, 2009

Ayat-Ayat Cinta

Diari Maria

Sabtu, 10 Ogos 2002 pukul 23.15

Pulang dari restoran Cleopatra kugoreskan pena ini. Sebab aku tidak boleh mengungkapkan gelora perasaanku secara tuntas kecuali dengan menorehkannya dalam diari ini.

Akhirnya keraguanku padanya hilang, berganti dengan keyakinan. Selama ini aku ragu apakah dia boleh bersikap romantik. Sebab selama bertemu atau berbicara dengannya dia sama sekali tidak pernah berkata yang manis-manis. Selalu biasa, datar dan wajar. Dia selalu tampak serius meskipun setiap kali aku tersenyum padanya, dia juga membalas dengan senyum sewajarnya.

Tapi malam ini, apa yang dia lakukan membuat hatiku benar-benar sesak oleh rasa cinta dan bangga padanya. Dia sangat prihatin dan suka membuat kejutan. Kali ini yang mendapat kejutan indah darinya adalah Mama dan Yousef. Mereka berdua mendapat hadiah ulang tahun darinya. Meskipun diatasnamakan seluruh anggota rumahnya tapi aku yakin dialah yang merancangkan semuanya. Dia ternyata sangat romantik. Tak perlu banyak berkata-kata dan terus dengan perbuatan nyata.

Fahri, aku benar-benar tertawan olehmu. Tapi apakah kau tahu yang terjadi pada diriku? Apakah kau tahu aku mencintaimu? Aku malu untuk mengungkapkan semua ini padamu...

Minggu, 11 Ogos 2002 pukul 22.00

Aku sangat cemas memikirkan dia. Dia tergeletak. Keningnya panas. Kata Mama terkena heat stroke. Kata teman-temannya dia seharian melakukan kegiatan yang melelahkan di tengah musim panas yang sedang menggila.

Oh, kekasihku sakit

Aku menjenguknya

Wajahnya pucat

Aku jadi sakit dan pucat

Kerana memikirkan dirinya

Aku semakin tahu siapa dia. Untuk pertama kalinya aku tadi masuk ke biliknya ikut Mama dan Ayah menjenguknya. Dia seorang pemuda yang giat, bekerja keras, dan memiliki rancangan ke depan yang matang. Aku masih ingat dia menyebut perkataan bertenaga Thomas Carlyle: "Seseorang dengan tujuan yang jelas akan membuat kemajuan walaupun melewati jalan yang sukar. Seseorang yang tanpa tujuan, tidak akan membuat kemajuan walaupun ia berada di jalan yang mulus!"

Aku merasa tidak salah mencintai dia. Aku ingin hidup bersamanya. Melalui masa depan bersama dan membesarkan anak-anak bersama. Membangun peradaban bersama. Oh Fahri, apakah kau mendengar suara-suara cinta yang bergemuruh dalam hatiku?

Minggu, 18 Ogos 2002, pukul 17.30

Seolah-olah akulah yang sakit, bukan dia. Tuhan, jangan kau panggil dia. Aku ingin dia mendengar dan tahu bahwa aku sangat mencintainya.

Dia tergeletak tanpa daya berselimut kain putih. Kata Saiful pukul dua setengah pagi dia sedar tapi tak lama. Lalu kembali tak sedarkan diri sampai aku datang menjenguknya pukul tujuh setengah pagi tadi. Kulihat Saiful pucat. Ia belum tidur dan belum makan. Kuminta dia keluar mencari makan. Aku mengantikan Saiful menjaganya. Aku tak kuasa menahan sedih dan airmataku. Dia terus mengigau dengan bibir bergetar membaca ayat-ayat suci. Wajahnya pucat. Airmatanya meleleh . Mungkin dia merasakan sakit yang tiada terkira.

Aku tak kuasa menahan rasa sedih yang berselimut rasa cinta dan sayang padanya. Kupegang tangannya dan kuciumi. Kupegang keningnya yang hangat. Aku takut sekali kalau dia mati. Aku tidak mau dia mati. Aku tak boleh menahan diriku untuk tidak menciumnya. Pagi itu untuk pertama kali aku mencium seorang lelaki. Iaitu Fahri. Aku takut dia mati. Kuciumi wajahnya. Kedua pipinya. Dan bibirnya yang wangi. Aku tak mungkin melupakan kejadian itu. Kalau dia sedar mungkin dia akan marah sekali padaku. Tapi aku takut dia mati. Saat menciumnya aku katakan padanya bahwa aku sangat mencintainya. Tapi dia tak juga sadar. Tak juga menjawab.

Pukul lapan dia bangun dan dia kelihatan terkejut melihat aku berada di sisinya. Aku ingin mengatakan aku cinta padanya. Tapi entah kenapa melihat sorot matanya yang bening aku tidak berani mengatakannya. Tenggorokanku tersekat. Mulutku terkunci, hanya hati yang berbicara tanpa suara. Tapi aku berjanji akan mencari waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya padanya. Aku ingin menikah dengannya. Dan aku akan mengikuti semua keinginannya. Aku sangat mencintainya seperti seorang penyembah mencintai yang disembahnya. Memang memendam rasa cinta sangat menyiksa tapi sangat mengasyikkan. Love is a sweet torment!

Jumaat, 4 Oktober 2002, pukul 23.25

Aku masih sangat keletihan baru pulang dari Hurgada.

Baru setengah jam meletakkan badan di atas katil aku mendapatkan berita yang meremukredamkan seluruh jiwa raga. Fahri telah menikah dengan Aisha, seorang gadis Turki satu minggu yang lalu. Aku merasa dunia telah gelap. Dan hidupku tiada lagi berguna. Harapan dan impianku semua lenyap. Aku kecewa pada diriku sendiri. Aku kecewa pada hari-hari yang telah kujalani.

Andaikan waktu bisa diputar mundur aku akan mengungkapkan semua perasaan cintaku padanya dan mengajaknya menikah sebelum dia bertemu Aisha. Aku merasa ingin mati saja. Tak ada gunanya hidup tanpa didampingi seorang yang sangat kucintai dan kusayangi. Aku ingin mati saja. Aku ingin mati saja. Aku rasa aku tiada boleh hidup tanpa kekuatan cinta. Aku akan menunggunya di syurga.