Monday, June 22, 2009

Bulan Dalam Lagu (II)



Dan Sebenarnya
(Yuna)

Oh bulan
Enggan melayan diriku lagi
pabila,
air mata membasahi pipi
dan lagu2 di radio seolah2 memerli aku
pabila,
kau bersama yg lain

adakah perasaaan benci ini sebenarnya cinta
yang masih bersemadi untukmu
dan sebenarnya ku mengharapkan
di sebalik senyuman mu itu
kau juga merindui aku

ku enggan
berpura pura ku bahagia
ku enggan
melihat kau bersama si dia
oh ku akui cemburu
telah menular dalam diri
pabila
kau bersama yang lain

adakah perasaaan benci ini sebenarnya cinta
yang masih bersemadi untukmu
dan sebenarya ku mengharapkan
di sebalik senyuman mu itu
kau juga merindui aku

pabila kau merenung matanya
ku rebah,
jatuh ke bumi
di saat kau benar-benar mahu pergi
seperti ku bernafas dalam air
adakah perasaaan benci ini sebenarnya cinta
yang masih bersemadi untukmu
dan sebenarya ku mengharapkan
di sebalik senyuman mu itu kau juga merindui aku
oh..

Something to Someone


"I am not very good at this game called Life, for I've not learned to see children crying without feeling pain, for I've not learned to watch animals being destroyed without wondering why. For I've not yet met a king or celebrity that I would bow down to, or a man so insignificant that I would use for a stepping-stone. For I've not yet learned to be a "yes man" to narrow minded bosses who quote rules without reason, and I've not learned to manipulate the feelings of others to be used for my own advantages, then cast aside as I see fit. No, I am not very good at this game called Life, and if everything goes well, maybe I never will be..."

"Can I live without you, now that I know you, now that I know you exist? Can I sleep at night without seeing your smile, now that I've seen it for real? Can I be the same, now that I've changed with the gentle touch of your hand? Now that I'm divided by my need for you, without you, can I be whole again?"

"If I should come out ahead at the end of this game called Life, it won't be because of my fancy style, or that I knew how to play it so well. But more because I just keep getting up and plodding along till the world finally just got tired of knocking me down."

"There are so many words, yet there are no words, for when I look into your eyes, no words need to be spoken, and the warmth of your smile is a statement in itself. And how could I ever try to explain the trembling in my body when I touch your face? There are no words to explain an emotion, so I open to you my mind, that you might walk among my dreams and memories. Then...and only then, you might understand my silence."

"I've been touched by the morning sun that chases the night away, and I've been touched by the gentle words that love-struck poets say. And I've been touched by the morning mist everyone calls the dew, but it all seems more beautiful now that I've been touched by you."

"I don't wish to be everything to everyone, but I would like to be something to someone..."

.... "Something to Someone".

Terima Kasih


Katakan terima kasih pada dia
yang hadir dalam hatimu
yang mencuri lelapmu
yang bermain di matamu
yang sering mengusung rindumu
mengukir tawa di bibirmu
yang pernah menangis bersamamu
yang sentiasa ada untukmu

Katakan saja terima kasih pada dia
kerana mengigatkanmu
bahawa dia insan biasa
yang seringkali lupa..
yang tidak sengaja mengundang seribu curiga
yang tidak sengaja membayangi mimpi bahagia
yang tidak sengaja berselindung di balik diri
yang tidak sengaja menghempaskan rindu itu
yang tidak sengaja mengusir senyum tawa
yang tidak sengaja mengundang gerimis derita

Katakan saja betapa kau hargai
bahagia bersama dia
walau hanya seketika

Office Move (I)


Last Saturday we had a first batch of AT&T staff that were moving from Wisma 1 Shell IT International (SITI) building to a new building rented by AT&T.

The rest of us who are still working at Wisma 1 Shell building will be moving on Saturday 27th of June. That's it! We will be completely AT&T staff working from AT&T premises. Access to Wisma 1 Shell will be denied starting 1st of July. Access cards, Metro parking card, locker key and other related stuff that belong to Shell will have to be returned by 30th of June... wonder how's the working environment will be in the new office...

Memory


"Some memories are best forgotten.
Memory can change the shape of a room; it can change the color of a car. And memories can be distorted. They're just an interpretation, they're not a record, and they're irrelevant if you have the facts."
(Leonard Shelby, "Memento", 2001)

Sunday, June 21, 2009

Bulan Dalam Puisi (II)


Lelaki Yang Patah Sayap Kirinya

engkau lelaki yang patah sayap kirinya
menanggalkan baju dukamu di hamparan kenangan
melonjak dari jendela kamar yang pecah kacanya
ingin terbang menerpa bulan
sambil mengelek sebungkus impian

tak kau hirau rayuan pungguk berhiba lara
yang memilih pilu sengsara tanpa usaha
kau dengan kental semangat menjerkah gerhana
dan menahan mentari dari meminta gilirannya

terbanglah lelaki yang patah sayapnya
berpandukan tongkat paruh jentayu yang setia

kau bukan lagi lelaki pilu yang merenung jendela
setiap kali purnama senyum atau retak di balik ara
kerana kau arif merisik rindu dan mentafsir cinta
dari sinar mata pemilik kejora

*nota: "Lelaki Yang Patah Sayap Kirinya" sebuah puisi karya Rozais Al-Anamy.

Friday, June 19, 2009

Selamat Hari Bapa!

Selamat Hari Bapa!

see more AlaCanggung



Bulan Dalam Lagu (I)



P. Ramlee - Bulan Dan Juga Angin

Bulan dan juga angin
Engkau jadi saksi
Bawaklah pesan ku ini
Kepada dia yang ku cintai

Bulan dan juga angin
Engkau bisikkanlah
Yang aku akan kembali
Menyempurnakan segala janji

Duhai kekasih kelana
Kecewa kini hidup kita
Dengan desakan saudara
Terhalang segala maksud kita

Lupakan dan hapuskan
Segala perjanjian

Bulan dan juga angin
Engkau bisikkanlah
Yang aku akan kembali
Menyempurnakan segala janji

Wednesday, June 17, 2009

Fragmen Cerpen "Haslina" (II)

Nota : Cerpen tentang angin, kolam, bulan.. juga tentang hilang dan kehilangan, "Haslina" adalah tulisan Sasterawan Negara Datuk Usman Awang.

Tak kenal maka tak cinta, tak diduga takkan nyata.

Ternyata sungguh lainnya sangkaan saya. Berdosa rasanya saya menganggap begitu kepada orang yang begitu baik dab berbudi. Saya dekati Haslina dan saya selami jiwanya. Sudahlah saya ukur dalam dangkalnya dan sudahlah saya ajuk hati budinya.

Kenallah saya, siapa Haslina.

Dia gadis baik hati, baik budi, dan tidak pula membesar-besarkan diri. Salahlah sangkaan saya, silap kiranya dugaan semula. Tidak begitu dirinya, tidak tinggi hatinya, malah sungguh mulia dan terpuji, bersih dan murni.

"Sudah lama saya melihatmu, Has. Selalu benar adik di kolam. Barangkali di sini bagus benar tempatnya. Bolehkah kalau saya menemanimu selalu?"

Pantas dia menjawab:
"Anak teruna yang baik hati, hamba ini bukanlah dewi. Nanti menyesal mendekati hamba. Hamba orang tidak berbangsa, hamba malu dengan teruna kerana hamba sudahlah hina."

"Ah, mengapa kita berkelok kata, mengapa kita berusul-usul bangsa, kalau kita memang serasa? Hamba pun bukan turunan raja, hamba juga orang hina, malah lebih hina daripada Haslina."

"Ah, mengapa tuan berkata begitu?"

"Kerana kita memang serasa. Hamba anak kampung juga. Hamba pun yatim juga. Hamba pun lebih miskin dan lebih hina.. "

Akhirnya kami bersama-sama juga. Malam bulan bertambah terang. Dan kolamnya tambah cantik dan indah. Teratai bertambah bunganya. Daun-daun kayu kelihatan segar dan di sana sini terdengar deruan angin membelai kami - lalu daripada segala itu tersusunlah satu simfoni kasih yang sungguh-sungguh indah.

Hanya seminggu saya berkenalan dengan Haslina.

Hanya seminggu lamanya saya bersama-sama dengannya - setiap malam - duduk di tepi kolam. Bulan semakin lama semakin tua juga. Semakin lama dia mengambang semakin jauh tengah malam. Dan akhirnya bulan mengambang pada waktu dinihari. Nyanyi pungguk sayup-sayup terdengar dan berayun-ayun dibuai angin malam - malam yang panjang.

Malam yang kedelapan saya datangi kolam. Haslina tiada di sana. Biasanya dialah yang menunggu saya, dialah yang lebih dulu sampai dan saya akan mengusiknya dengan membalinginya bunga-bunga kecil.

Tetapi malam itu Haslina tidak ada.

Bulan tidak ada.

Angin tidak membelai rasa. Daun-daun tidak lagi menari-nari.

Dan kembang teratai kesayangannya tidak ada lagi - sudah pergi.

Semuanya seakan-akan mati.

Alias - More Than Words Can Say



Here I am at six o'clock in the morning
Still thinking about you
It's still hard, at six o'clock in the morning
To sleep without you

And I know that it might
Seem too late for love
All I know

I need you now
More than words can say
I need you now
I've got to find a way
I need you now
Before I lose my mind
I need you now

Here I am, I'm looking out my window
I'm dreaming about you
Can't let you go, at six o'clcok in the morning
I feel you beside me

And I know that it might
Seem too late for love
For love Oh, Oh, Oh

I need you now
More than words can say
I need you now
I've got to find a way
I need you now
Before I lose my mind
I need you now
More than words can say
I need you now
Oh I got to hear you say
I need you now
Before I lose my mind
I need you now

Tuesday, June 16, 2009

Seorang Gadis Itu...


Seorang gadis itu
hatinya penuh manja
penuh cinta
sayang semuanya
cinta untuk diberi
cinta untuk dirasa

namun manjanya bukan untuk semua
bukan lemah
atau kelemahan dunia
ia bisa kuat
bisa jadi tabah
bisa ampuh menyokong
pahlawan-pahlawan dunia
begitu unik tercipta
lembutnya bukan lemah
tabahnya tak perlu pada jasad yang gagah

Affiliate Marketing

Salah satu cara untuk buat duit dengan mudah di Internet ialah melalui 'Affiliate marketing'. Cara ini mungkin adalah yang paling efektif. Sebabnya kita hanya perlu pastikan mereka yang berminat pada sesuatu produk pergi ke website penjual melalui blog atau laman kita. Untuk setiap belian yang datangnya dari laman kita, penjual produk akan memberi sedikit komisyen kepada kita. Kita tidak perlu membuat urusan penghantaran, billing, stok dan sebagainya. Hanya tulis beberapa artikel untuk pastikan pelawat ke website atau blog kita bertambah. Kemudian letakkan link atau banner mengenai sesuatu produk affiliate di laman kita. Apabila seseorang pelawat klik pada link tersebut dan kemudian membuat belian, kita yang mempromosi produk tersebut di site kita akan mendapat bayaran komisyen dari penjual produk.

Jadi untuk berjaya, pastikan ada pengunjung ke website anda. Pastikan website anda sering dikemaskini, mempunyai content yang menarik dan ada maklumat yang berguna dipaparkan. Lebih ramai pelawat ke site/blog anda, lebih tinggi kebarangkalian mereka akan membuat sesuatu belian melalui laman anda.

Untuk ulasan produk Affiliate marketing terkini, anda boleh semak di : http://www.youraffiliateproducts.com/

Sunday, June 14, 2009

Ole - Ole dari Cameron Highland

12,13 & 14 june saya bersiar2 ke Cameron Highland... Takde nak citer apa-apa pun. Ada la snap pix sikit :)







Macam biasa la, bila dah sampai sini, balik kena bawa sayur-sayuran dan bunga-bungaan .. and not forgetting the strawberry oso.. :)

Thursday, June 11, 2009

Wednesday, June 10, 2009

Fragmen Cerpen "Haslina" (I)

Nota : Cerpen tentang angin, kolam, bulan.. juga tentang hilang dan kehilangan, "Haslina" adalah tulisan Sasterawan Negara Datuk Usman Awang.


Dia seorang pencinta bulan. Setiap purnama raya yang indah dan cemerlang mendatang, dia duduk di tepi kolam. Kolam itu tidaklah begitu bersih, tidak ada yang menguruskannya. Segala tumbuhan yang hidup di dalam kolam itu atau yang di sekelilingnya, tumbuh dengan tidak ditanam- ertinya tumbuh sendiri. Demikian itulah pula rasa cintanya kepada bulan- tumbuh dengan sendirinya, dengan tidak ditanam oleh sesiapa pun.

Kolam itu amat dalam, tetapi berapakah dalamnya, tidak pula pernah diukur orang. Hanya dialah yang selalu ke kolam itu. Kolam yang indah pada waktu malam bulan terang.

Dan keindahan itu menyinari hatinya dan seluruh perasaannya.

Teratai yang hidup segar di kolam itu jarang sekali mengeluarkan bunganya. Kalaupun ada bunganya hanya setangkai dua.Tidak pernah lebih daripada itu. Dan bunga-bunga itu amat disayanginya. Tetapi sukar untuk dibelai kerana bunga teratai itu biasanya tumbuh dan menguntum di tengah-tengah kolam. Dia menikmati kesayangannya itu dari jauh dengan matanya. Matanyalah yang menyampaikan segala penglihatan yang indah itu untuk dirasakan oleh hati dan jiwanya.

Itulah Haslina, gadis kesayangan kampung kami.

Dia seorang gadis yang sederhana - sederhana dalam geraknya, dalam tuturnya dan dalam segala penghidupannya. Kebetulanlah, kesederhanaannya itulah yang melahirkan kebesaran kasih sayang saya kepadanya. Matanya seperti jernihnya kolam kesayangannya yang dipandang pada waktu malam bulan terang. Tangannya benar-benar seperti bunga teratai - melampai melambai-lambai.

Ayahnya sudah lama meninggalkan dia. Meninggal dunia sewaktu pemerintahan Jepun. Tinggallah dia bersama ibu dan abangnya. Abangnya pula baru-baru ini telah meninggal dunia dalam suatu keadaan yang sungguh mengharukan hati - korban perang di tanah airnya.

Tinggallah Haslina bersama ibunya.

Sejak lama dulu - waktu marhum ayahnya masih ada lagi - ibunya sudah bekerja di istana. Jadi, kematian suaminya dan anak lelakinya tidaklah menjadikan mereka melarat benar. Di istana, ibunya mendapat gaji yang baik juga. Cukuplah untuk menyara dirinya dan anaknya yang sudah mulai menjadi dara seri kayangan seluruh kampungnya.

Kalau ingin bertemu Haslina, datanglah ke kolam itu pada waktu bulan purnama raya. Kadang-kadang dia menyanyi kecil dan meskipun perlahan-lahan - seolah-olah untuk dirinya sendiri - angin yang baik budi itu menolong membawakan suaranya ke sekitarnya. Angin yang baik budi itu menolong juga melenggok-lenggokkan bunga teratai kesayangannya. Juga daun-daun kayu yang tumbuh di sekitar kolamnya.

Lalu jadilah simfoni yang sungguh-sungguh tersusun dengan baiknya.

Apabila awan berarak di bawah bulan purnama, maka samar-samarlah kelihatan kolam itu. Juga tubuh Haslina yang remaja itu menjadi kabur-kabur dipandang. Apabila daun-daun kayu yang menaunginya itu menahan cahaya purnama raya, maka kelamlah lagi tubuhnya lalu merupakan satu bayang-bayang yang suram.

Daripada kakak, saya mendengar cerita yang lanjut tentang Haslina. Kakak selalu ke rumahnya dan menjadi jiran yang terbaik bagi ibu Haslina dan Haslina sendiri.

Sukar untuk saya percayai cerita daripada kakak. Tetapi kakak tidak pernah berbohong. Dan pastilah dia tidak akan mengecewakan hati saya - adiknya sendiri. Tetapi mengapakah hati saya? Saya tidak pernah bercakap-cakap dengan Haslina. Mengapa dibawa-bawa soal hati? Mana tahu hati orang, entahkan sudi gerangan tidak.

Apalagi ibunya kami anggap sebagai orang istana, meskipun hanya bekerja di istana. Di kampung kami, kalau orang sudah dapat masuk ke istana, itu tandanya dia sudah terhormat dah harus dihormati dan disegani. Apalagi kalau sudah dapat bekerja di istana.

Saya pun waktu itu, belumlah ada pekerjaan yang tetap. Kalau musim ke sawah, turunlah ke sawah menajak. Kalau musim menyemai, pergilah menyemai. Apabila musim mengubah, pergilah mengubah. Dan sampailah ke musim mengetam.

Tidak ada perjaan tetap bererti tidak adalah pula pendapatan yang tetap. Kadang kala bersama ibu pergi menetak rumbia dan apabila sudah disisik daunnya, ibu menjalinnya menjadi atap. Atap itulah saya jual borong di kedai Teh Poo.

Besar benar keinginan hati saya untuk mengukur dalam dangkalnya hati Haslina. Meskipun kail panjang sejengkal, hasrat ingin menduga lautan hatinya amatlah kuat menyala. Kail sebentuk umpan seekor akan saya berikan untuk pancing hidup Haslina.

Lama saya berfikir. Apalah nanti dikata orang? Kalau makan pun saya, disebut juga makan ditanggung keluarga, kalau berpakaian pun saya, dikatakan juga kain baju belian ibu, kalau berbantal pun tidur saya, dianggap juga bantal pemberian ibu, dan kalau berjalan bertemasya pun saya, dicakapkan juga daripada wang pemberian ibu, awak sendiri tak sanggup mengadakannya, bagaimana akan menanggung anak muda (gadis) orang?

Tetapi saya terkenang pula kepada cerita kakak tentang Haslina. Benarkah cerita kakak itu? Atau hanya rekaan untuk dinding saya mendekati Haslina kerana malu adiknya pemuda kampung tidak ternama, sedang Haslina dara molek kesayangan istana, dipuja oleh seluruh kampung kami?

Serba payah dan serba susah.

Hujan Dalam Lagu (I)



Willie Nelson - Blue Eyes Crying In The Rain

In the twilight glow I seen her
Blue eyes crying in the rain
When we kissed goodbye and parted
I knew we'd never meet again

Love is like a dying ember
And only memories remain
And through the ages I'll remember
Blue eyes crying in the rain

Someday when we meet up yonder
We'll stroll hand in hand again
In the land that knows no parting
Blue eyes crying in the rain

Bintang-Bintang Dalam Lagu (I)



Kau Ratnaku
(Lagu: M Nasir, Nyanyian: Roy)

Keringkanlah pipimu ratnaku
Cubalah senyum
Kerna tangisanmu akan hanya
Menambah dukaku

Duka di dalam hati
Dan luka diperlakukan
Lakonan mereka berpura-pura
Tak mengertikan
Tak pernah merasakan
Sengsara di dalam
Cinta dan rindu

Oh! Aku patrikan sumpah
Cinta setia
Di atas kaca jiwaku
Yang benar
Bila mencerminkan
Kebenaran
Pada malam bintang hilang
Di pandangan
Pada malam pabila bintang terang
Menerangkan kenyataan oo...

Tuesday, June 02, 2009

Bulan Sebagai Perlambangan Dalam Puisi (I)


KEKASIH

(Usman Awang)

Akan kupintal buih-buih
menjadi tali
mengikatmu


akan kuanyam gelombang-gelombang
menjadi hamparan
ranjang tidurmu

akan kutenun awan-gemawan
menjadi selendang
menudungi rambutmu

akan kujahit bayu gunung
menjadi baju
pakaian malammu

akan kupetik bintang timur
menjadi kerongsang
menyinari dadamu

akan kujolok bulan gerhana
menjadi lampu
menyuluhi rindu

akan kurebahkan matari
menjadi laut malammu
menghirup sakar madumu

Kekasih, hitunglah mimpi
yang membunuh realiti
dengan syurga ilusi.


Bulan Sebagai Perlambangan Dalam Cerpen (II)


Bulan terus meninggi, tenggelam timbul dalam pintalan awan yang membiru. Pungguk di belakang rumah terus merintih, merindu bulan yang tinggi, tetapi si pungguk tidak pernah berputus asa, walau bulan tinggi di awan, si pungguk menyelit di celah dahan, rintihannya tetap mendayu-dayu, serak suaranya, perit rasa tekaknya. Bagi Pak itam, ini juga satu perjuangan, orang perjuangan tidak mudah berputus asa. Kesabaran dan keyakinan adalah inti untuk meraih satu-satu kejayaan.

Tiba-tiba hatinya dipintali kesayuan. Di mana Siti Nurhidayah? Di mana Izwan? Di mana Nuryani Iman? Sudah berpuluh tahun berpisah. Pungguk itu adalah dirinya, rindu si pungguk adalah rindunya, derita si pungguk adalah penderitaan dirinya. Ingatannya kepada Izwan, kepada Nuryani Iman, kepada Siti Nurhidayah tidak pernah luak, tidak pernah bertukar seperti rambutnya yang sudah memutih, tidak pernah bertukar seperti kulitnya yang berpintalan dengan seribu kedutan.

Angin malam terus bertiup, terlalu dingin, membawa bersama-sama bau cempaka dan melur di halaman. Pak Itam terasa segar. Terasa semakin syahdu, kesepian malam ini kian mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Terasa dirinya kian mengecil, rumput-rampai, daun-daunan, walaupun ditiup angin, tetapi tetap menunduk, sujud kepada Tuhan, berzikir dan bertasbih. Bukankah Tuhan jadikan manusia, para malaikat, jin dan makhluk seisi alam ini supaya sujud kepada-Nya?

(fragmen cerpen "Memori Seorang Tua" tulisan Zahari Affandi.)

Monday, June 01, 2009

Bulan Sebagai Perlambangan Dalam Cerpen (I)



Hanya seminggu saya berkenalan dengan Haslina.

Hanya seminggu lamanya saya bersama-sama dengannya - setiap malam - duduk di tepi kolam. Bulan semakin lama semakin tua juga. Semakin lama dia mengambang semakin jauh tengah malam. Dan akhirnya bulan mengambang pada waktu dinihari. Nyanyi pungguk sayup-sayup terdengar dan berayun-ayun dibuai angin malam - malam yang panjang.

Malam yang kedelapan saya datangi kolam. Haslina tiada di sana. Biasanya dialah yang menunggu saya, dialah yang lebih dulu sampai dan saya akan mengusiknya dengan membalinginya bunga-bunga kecil.

Tetapi malam itu Haslina tidak ada.

Bulan tidak ada.

Angin tidak membelai rasa. Daun-daun tidak lagi menari-nari.

Dan kembang teratai kesayangannya tidak ada lagi - sudah pergi.

Semuanya seakan-akan mati.

(dipetik dari cerpen "Haslina" tulisan Usman Awang).