Monday, June 01, 2009

Bulan Sebagai Perlambangan Dalam Cerpen (I)



Hanya seminggu saya berkenalan dengan Haslina.

Hanya seminggu lamanya saya bersama-sama dengannya - setiap malam - duduk di tepi kolam. Bulan semakin lama semakin tua juga. Semakin lama dia mengambang semakin jauh tengah malam. Dan akhirnya bulan mengambang pada waktu dinihari. Nyanyi pungguk sayup-sayup terdengar dan berayun-ayun dibuai angin malam - malam yang panjang.

Malam yang kedelapan saya datangi kolam. Haslina tiada di sana. Biasanya dialah yang menunggu saya, dialah yang lebih dulu sampai dan saya akan mengusiknya dengan membalinginya bunga-bunga kecil.

Tetapi malam itu Haslina tidak ada.

Bulan tidak ada.

Angin tidak membelai rasa. Daun-daun tidak lagi menari-nari.

Dan kembang teratai kesayangannya tidak ada lagi - sudah pergi.

Semuanya seakan-akan mati.

(dipetik dari cerpen "Haslina" tulisan Usman Awang).

1 comment:

cat said...

bulan sebagai teman meluahkan perasaan... luv this